Pondok Kecil

Hanya sebuah persinggahan yang selalu bersedia menampung saya saat suka dan duka. Hehe

Baralek Da Andi

Author: ni

Saya dan keluarga cukup sering kumpul bersama-sama, dahulu. Namun, dalam hal pengabadiannya yang kali ini menggunakan lensa ajaib itu, bisa dikatakan sangat jarang atau nyaris tak pernah ada-setahu saya sih. Dan, satu-satunya foto sekeluarga yang lengkap itu diambil pas uda 'baralek' alias pesta pernikahan ala minang. Ya, tepat 11 April 2011 di rumah kami, Lubuksikaping, Pasaman.

TARAAAAA.....
   
Gambar : Ibu, Roni (adek), Deni (uda), Andi (uda), Mila (Uni ipar), saya, Ayah (kiri ke kanan). 11-04-11
Alhamdulillah akhirnya ada juga foto bersama ini. Hihi. Dan bonus ada uni ipar juga ^,^)d

Nah, jadi saya mau cerita-cerita sedikit nih mengenai keluarga tercinta.

Jadi, keluarga kecil kami itu terdiri dari sepasang orang tua dengan empat anak. Tinggal satu atap di sebuah rumah yang berada di Lubusikaping, sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh perbukitan. Dulunya sih sempat ada 'Uan' (adik laki-laki dari orang tuanya ibu). Namun beliau wafat saat saya masih berada dibangku SMA.

Ibu dan Ayah, merupakan orang yang sangat kami hormati. Saya salut dengan pendidikan yang beliau berikan kepada kami, beda dengan orang tua kebanyakan yang saya lihat di daerah saya. Mereka tidak mau marah, tapi berhasil membuat kami menyesali kesalahan. Mereka tidak pernah melakukan kekerasan fisik sekecil apapun, tapi berhasil membuat kami terpukul dengan kesadaran atas kesalahan yang telah kami perbuat. Mereka tak pernah ... Ah, sungguh. Mereka selalu mendidik untuk menyadari dan menuntut perubahan, bukan hanya kesal tak tentu arah kepada kami. Beliau berdua adalah orang tua terbaik yang pernah saya miliki.

Jadi, pada tanggal 12 Juni 1985, orang tua saya memperoleh buah hati pertama yang diberi nama Murdani setelah hampir setahun pernikahan mereka. Kelahiran anak sulung tersebut pastilah disambut dengan suka cita, terutama Uan. Jadi, saat Ayah dan Ibu pergi bekerja, Uan lah yang selalu meluangkan waktunya untuk merawat Da Deden (panggilan sayang saya). Ehem, jika ada yang jeli memperhatikan, pastilah sadar kalau nama Uda saya ini diambil dari nama seorang militer dan intelijen sejati, Leonardus B. Moerdani. Beliau adalah satu diantara sederetan pahlawan Indonesia. Dan, entah nasib apa yang membaluti Uda, sampai-sampai dia juga menjadi seorang militer. Hehe.

Next, 1 tahun lebih 2 bulan kemudian, datanglah seorang buah hati lagi sebagai pelengkap rumah tangga Ayah dan Ibu saya. Tepat tanggal 6 Agustus 1986, anak laki-laki yang bernama lengkap Mulyandri tersebut mulai merasakan hangatnya dekapan dunia. Namun, Da Andi ini beda sedikit dengan Da Deden dalam pengasuhan karena dia lebih banyak tinggal di tempat 'etek' (adik Ayah) saat orang tua saya bekerja. Tek Dah-begitu kami memanggilnya-itu tinggal cukup jauh dari rumah. Jadi sebelum berangkat bekerja, Ayah pergi mengantar ke sana terlebih dahulu. Ckckck, lumayan merepotkan juga. Hehe, tapi begitulah. Dan, Uda saya yang ke dua ini lah yang menikah pada foto tersebut. Tiba-tiba saya mulai berfikir, ternyata benar juga kata orang, 'jodoh itu tak tau kapan datangnya'. Buktinya, Da Andi lebih dahulu menikah dari pada Da Deden. Hmm, tetap semangat ya Uda. Semoga secepatnya nyusul Da Andi. Aaamiiin.

Nah, yang berikutnya adalah saya sendiri. Setelah 4 tahun merawat kedua Uda saya, Ibu akhirnya punya anak perempuan juga pada tanggal 12 Desember 1990. Sangat bahagia tentunya, karena saya adalah anak perempuan satu-satunya. Sihiiiy!!! Hehe. Namun tidak juga kok, orang tua saya itu 'adil', semua anak diperlakukan sama sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Kalau masalah asuhan, saya sendiri sih dirawat oleh Uan juga, sama dengan Da Deden. Di rumah, kami berdua sedikit diberi perhatian lebih oleh beliau. Sampai-sampai, saat Uan sakit keras, beliau selalu memanggil nama kami berdua. Luluh hati saya saat itu dan tak tahan lagi tetesan bening tersebut mulai membanjiri kelopak mata saya tanpa ampun. Namun, sayangnya kami tak bisa mendampingin beliau saat menghembuskan nafas terakhir karena Uda sedang dinas di luar kota dan saya sedang berada di asrama. Sangat kehilangan sekali tentunya. Dulu, Uan berharap saya jadi dokter, namun karena hal tersebut terlalu muluk bagi 'keluarga kami', maka beliau menyarankan saya jadi guru (cita-cita saya loh). Dan, saat saya sudah berhasil kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Uan sudah tak ada. Rasanya ingin saya memeluk beliau erat sambil mengatakan "Uan, akhirnya ii akan jadi dokter!!!". Namun, kata-kata itu tak pernah terucapkan secara nyata, hanya bisa diutarakan berupa jeritan tertahan dalam hati saja saat saya mengunjungi Uan di tempat peristirahtannya. Uan, I miss U so much.

Dan, yang terakhir adalah adik saya yang termanis, Roni Putra. Dia lahir 20 Januari 1993, tepat sebulan setelah saya merayakan ulang tahun yang ke tiga. Dia adalah teman sepermainan saya. Iya, saya lebih dekat dengan adik dari pada Uda, mungkin karena faktor umur juga. Jadi, saat Iyon (panggilan sayang saya pada dia) kecil, dia diasuh oleh Mak Uwo (kakak sepupu ibu). Dan beberapa tahun belakangan, saya juga bersama dia diasuh oleh Mak Uwo. Setahu saya, Iyon itu anaknya sangat periang dan menjadi primadona kelas. Namun, entah kenapa, sejak saya masuk asrama dan meninggalkan rumah, dia berubah drastsi. Lebih suka mengautiskan diri dengan game, dan prestasi belajarnya pun sangat jauh menurun. Ah, adikku sayang adikku malang. Namun, saya dan keluarga tak boleh membiarkan dia 'terlarut' seperti itu. Dan dengan usaha apapun, kami selalu memberi dukungan pada dia. Semoga dengan posisinya sebagai mahasiswa di perguruan tinggi itu lebih membuat matanya terbuka agar bersemangat meraih masa depan gemilang. Wish U luck, my bro.

Dan, tau tidak kalaupun kami berempat dilahirkan pada bulan dan tanggal yang berbeda. Namun, hari lahir kami bersama itu adalah hari Rabu. Dan setiap Rabu saya selalu senang untuk berkata "Happy birthday, my bro. Miss U all. :-*

 

0 Response to “Baralek Da Andi”

Leave a Reply

Ngobrol Yuk :)