Pondok Kecil

Hanya sebuah persinggahan yang selalu bersedia menampung saya saat suka dan duka. Hehe

17 November 2011

Kupikir kau tidak peduli lagi dengan keadaan guru kita tersebut. Buktinya, sedari tadi dirimu selalu beralasan yang membuatku kadang menaikkan sebelah alis mata. Aku mengerti dirimu yang tinggal lebih jauh dari kampus dibanding aku. Namun, pesan-pesan singkat dari mu yang seolah tak mau pergi barengan itu membuatku semakin .. Ah.

"i, putri langsung ke m.jamil ajo yo"

"i, dima kalian tunggu? putri nyusul k m.jamil aja"
Dan bla bla bla lainnya terulang beberapa kali menggetarkan ponselku. Ada perasaan mengganjal sih, tapi aku masih tak mengerti. Maka, akhirnya kami putuskan untuk berangkat dahulu ke rumah sakit menjenguk guru kita tersebut, itu yang kau mau kan?

Sampai di sana, sudah banyak cerita dan pertanyaan yang terlontar spontan dari bibirku yang selalu tak mau diam ini kepada sang guru. Namun, satu hal yang ku ingat, 'aku lupa memberitahumu nama ruangan guru kita itu!!'. Dan, seketika itu juga ku raih ponsel yang bersemayam hangat di dalam belaian tas ranselku. Ku telpon dirimu, tapi kau tak menjawab. Pikirku mulai negatif, mungkin kau masih belum berangkat. Lalu, kuputuskan untuk meninggalkan pesan saja yang menyebutkan nama ruangan tersebut. 

Tak selang beberapa lama, ponsel yang masih kugenggam itu bergetar lama oleh panggilanmu. Dengan menarik nafas dalam, seperseiak detik itu juga ku pikirkan kata-kata terbaikku saat telponmu ku angkat nanti. Maklum, mahasiswakan memang harus hemat, dalam masalah pulsa sekalipun.

Namun, apa yang kudapat. Diujung sambungan sana suaramu terisak pilu. Kau tau? Entah kenapa hatiku bergetar hebat dan tubuhku menjadi tak bergeming untuk beberapa saat. Kau berkata dirimu kecelakaan dan sekarang berada di IGD RSUP dr. M.Djamil, setelah itu kau menangis sambil memanggil namaku. Dan, telpon terputus...

Untuk sepersekian detik kemudian, aku hanya shock dan tertegun. Hatiku bergetar hebat sampai menggoyahkan tubuhku yang terasa rapuh itu. Sekilas aku membayangkan keadaanmu yang membuatku tak sanggup untuk berfikir jernih. Bagaimana keadaan mu? Apa kau baik-baik saja? Please, jangan katakan kau terluka parah karena aku tak sanggup melihatmu begitu.

Tak terasa, butiran suci itu sudah meleleh dipipiku, dengan suara bergetar hebat yang sudah tak kuasa kutahan lagi, aq meminta ijin untuk duluan pada bu guru agar segera bisa ke tempatmu secepatnya. Ingin mempercepat langkah ini agar melewati bangsal bedah menerobos keramaian menuju IGD. Tak kupedulikan lagi entah bagaimana rautku yang semakin keruh. Perlahan kukumpulkan kekuatan untuk bisa mendampingimu nanti. Semakin kucoba tegar, semakin mengalir deraslah airmata itu. Ya, aku memang sangat lemah. Namun satu hal yang kupikirkan, aku akan tetap berusaha tegar untuk selalu mendukungmu.

Sampai di sana, petugas langsung menyambut kami dan menunjukkan posisimu. Awalnya sempat terhentak kaku di dadaku, namun aku sadar kembali karena aku harus ada untukmu. Entah sadar atau tidak, tapi aku ingat sekali bahwa saat itu aku berlari tak karuan. Dan, ku temui kau terduduk sambil menunduk. Kutatap wajahmu dan berusaha mengeksplorasi keadaan. Kau bilang tak apa-apa, lega sedikit segera menjalar di benakku. Namun sikapmu yang langsung memelukku dan menangis dipundakku itu membuatku tak tahan lagi untuk tak menangis. Tapi tenang saja, aq tak akan lemah saat kau seperti ini. Aku akan kuat dan memberikan pundakku padamu.

Kau tau kenapa aku melakukannya? Bukan karena aku sok perhatian, bukan karena itu adalah kewajibanku sebagai sahabat. Tapi, aq kembali teringat masa-masa kelamku dulu. Saatku tak dapat menampung semua kegundahan yang menyerangku, kau selalu ada untuk memelukku. Memeluk tubuhku yang terisak ringkih. Mengusap punggungku yang haus akan belaian kasih sayang. Dan, tak lupa kau selalu hapus air mataku dengan tanganmu. Kau, seseorang yang aku dan dia panggil Mummy, tak bisa diremehkan. Love U Mum. Dan, masihkah aku akan berdiam diri pada orang yang begitu perhatian padaku? Tak akan. Dan aku berjanji akan melakukan hal yang sama, bahkan lebih sekalipun.

Detik berlalu, menit berlari dan jam pun berputar. Aku, kakak2, teman2, dan adik semua masih menemanimu di sana. Dan, sosok luar biasa satu lagi pun muncul memainkan perannya. Kiddy, itulah panggilan kita padanya. Kau ingatkan? Dia membuatku terpana saat mengurusi semua administrasi beserta masalah dengan keluarga ibu yang menabrakmu itu. Dia selalu membuatku terpukau dengan tanggung jawabnya. Dia selalu membuatku tersenyum dengan keriangan sifatnya. Dia yang selalu menebarkan aura positif dengan senyum manis khasnya. Dia, satu-satunya adik bukan biologis yang sangat aku sayangi. Love U Qed.

Akhirnya aku dapat mengambil hikmah dari kejadian yang menimpamu saat ini. Kita-aku, kau, dan dia-akan selalu bersama walau sekeras apapun keadaan datang untuk pisahkan kita. Dari dulu, sampai sekarang, kalian memang orang yang sulit bagiku untuk tak mengingat kebaikannya. Hehe

Mummy, Kiddy, n Babby adalah keluarga kecil kita. Love u all :-*

Aku(Babby), kau(Mummy), dan dia(Kiddy)
Dan beberapa kenangan lain 
Gambar 2 : Kiddy, menjelang foto generasi. 2009
Gambar 3 : Mummy, Babby, menjelang foto generasi 2009
Dan ini waktu kita PENSI (Pentas Seni di sekolah)
GAmbar 4 : aku, dan kau setelah kita manggung. Hahaha. 2008.
Gambar 5 : Aku dan dia saat habis manggung juga. Hehe
Hah!!, foto kita sejak kul g pernah ada loh. Ckckck. Aku berfikir, kapan kita kayak dulu lagi. Hehe. Walaupun cuma angan-angan ^,^)d

 

0 Response to “Pesona G13 tak pernah pudar-sedikitpun”

Leave a Reply

Ngobrol Yuk :)